Sabtu, 28 Maret 2015

Tradisi Membakar Mayat Yang Mengerikan Di India

Tradisi membakar mayat identik dengan tradisi Ngaben yang ada di Bali. Tetapi selain di Bali, ternyata di India juga ada tradisi membakar mayat yang dilakukan oleh warga setempat. 


Berbeda dengan Ngaben yang tampak indah , artistik dan gemerlap sehingga tidak menimbulkan kesan seram dan menjadi daya tarik wisata , untuk tradisi membakar mayat di India ini justru sebaliknya tampak sangat mengerikan.



Betapa tidak, mayat orang yang baru saja meninggal dan masih segar itu segera dilakukan serangkaian prosesi untuk membakarnya. Setelah mayat diberi kain dan bunga, mayat itu kemudian dibawa ke tumpukan kayu bakar di tepi sungai Gangga. 


Tak berapa lama mayat lalu dibakar dengan disaksikan oleh banyak orang. Sungguh tak bisa terbayangkan bagaimana bau dan horornya suasana saat itu di sana saat api mulai merambat dan membakar mayat.

Abu jenazah dan lainnya sisa pembakaran itu lalu dibuang ke sungai Gangga. Dan mirisnya, tak jarang dalam satu hari ada belasan bahkan ratusan mayat yang dibakar secara bersamaan .


Tradisi membakar mayat ini biasa dilakukan di daerah Varanasi - Uttar Pradesh , sebuah kota di tepi sungai Gangga. Dalam kepercayaan masyarakat India, kota ini merupakan salah satu dari tujuh kota suci ( Sapta Puri ) dalam agama Hindu dan Jainisme.

Ghats Varashani adalah nama untuk tempat  pembakaran mayat tersebut. Tempat ini sangat luas yang terbuat dari batu dan di buat di sepanjang sungai Gangga.  Tempat ini sangat terkenal di India. Selain untuk membakar mayat, juga karena adanya mitos yang berkembang di masyarakat bahwa mereka akan mendapat keberuntung jika kaki mereka tersandung tulang belulang sisa pembakaran mayat .


Yang lebih memprihatinkan adalah abu dan sisa-sisa pembakaran mayat itu langsung begitu saja dibuang dan dihanyutkan ke Sungai Gangga yang dianggap suci oleh mereka. Dengan keyakinan itu, mereka percaya air Sungai Gangga itu akan menyucikan jenazah dan arwah yang telah dibakar itu.


Walau tampak miris dan mengerikan, tetapi tradisi membakar mayat ini sudah berlangsung sejak lama dan diyakini sebagai prosesi memberangkatkan arwah ke alam nirwana. Tradisi itu di satu sisi memang harus dihormati, tetapi di sisi lainnya saya tak bisa membayangkan bagaimana faktor sanitasi dan kesehatan pada lingkungan di sekitarnya. 














Jumat, 27 Maret 2015

Matryoshka, Boneka Telur Yang Unik Di Rusia

Matryoshka, adalah nama boneka itu. Bentuknya cukup unik karena sepintas menyerupai telur dalam berbagai ukuran yang bertingkat. Boneka itu berhiaskan sosok manusia dalam berbagai wajah , eskpresi dan pakaian.


Yang menarik, beraneka ukuran boneka Matryoshka itu bisa disimpan dan dimasukkan dalam satu boneka terluar yang berukuran paling besar. Semakin banyak boneka yang di satukan, semakin besar pula boneka yang terluar.


Boneka yang unik dan terbuat dari kayu ini merupakan boneka tradisional dari negara Rusia.Konon, nama Matryoshka itu berasal dari kata  Matryona atau Matriosha , yang merupakan nama dari seorang wanita yang bertubuh gemuk.


Selain sosok gadis, wanita atau anak-anak, biasanya yang menjadi karakter dalam boneka  Bila yang menjadi model itu sosok wanita, umumnya mengenakan kerudung khas Rusia dan membawa tas atau keranjang. Ada juga Matryoshka yang menampilkan model pria dan berbagai pemimpin dunia.


Satu hal yang menjadi ciri khas Matryoshka adalah adanya hiasan di bagian tengahnya. Ada yang berupa motif bunga, abstrak , kisah kepahlawanan, satwa , bangunan terkenal dan sebagainya.


Boneka Matryoshka yang pertama dibuat dan diiukir pada tahun 1890 oleh Vasily Zvyozdochkin dan  dirancang oleh Sergey Malyutin, seorang pelukis kerajinan rakyat di Rusia . Satu set boneka itu dilukis oleh Malyutin yang terdiri dari delapan boneka

Boneka terluar adalah seorang gadis mengenakan pakaian tradisional dan memegang ayam jantan. Sedangkan boneka bagian dalam adalah anak perempuan dan anak laki-laki, dan boneka terdalam adalah sosok bayi.


Dengan keunikan dan keindahannya, Matryoshka menjadi boneka souvenir yang terkenal di Rusia.


Beberapa daerah di negara lainnya juga ada yang meniru ide dan konsep boneka Moatryoshka . Tentu dengan perpaduan tradisi, budaya dan keseniannya masing-masing.
















Rabu, 25 Maret 2015

Nuansa Mantera Dalam Lukisan Thanka di Tibet

Ada banyak jenis dan media lukisan. Tetapi untuk lukisan yang satu ini sangat unik, khas dan berbeda baik dari segi bahan, media, motif maupun fungsinya. Lukisan itu bernama Thangka atau Thanka yang merupakan lukisan tradisional dari negara Tibet.


Lukisan ini dibuat di atas kain bersulam dan biasa terdapat di biara, kuil, tempat tinggal Lama, ruang keluarga , acara festival dan sebagainya. 


Motif pada Thangka umumnya tentang Budha, berbagai Lama yang terkenal, Bodhisatwa , Mandala, peristiwa sejarah , adat istiadat, cerita rakyat dan sebagainya. Fungsinya sebagai media pemujaan pada Budha.


Warna yang digunakan dalam Thangksa sangat beragam sekali dengan motif dan detail yang cukup rumit dan sistematis. Terasa nuansa mantera dan magis saat menyimak lukisan itu. Thangka juga menarik karena desainnya yang banyak bersifat geometris.


Tak ada yang tahu dari mana dan kapan Thangka berasal. Tetapi membandingkannya dengan lukisan Tibet, sejarah Thangka bisa dilacak berawal pada awal periode Tubo (  Periode Songtsen Gampo ) pada abad ke 7 sebagai kombinasi dari lukisan gulung dari China, Nepal dan Kashmir. Jejak Thangka kuno itu terdapat peninggalan Karuo di Qamdo.


Beberapa motif yang terkenal pada Thangka adalah Roda Reinkarnasi,  Chemchok Heruka, Lima Dhayni Buddha, Guhyasamāja Akshobhyavajra , Tara Hijau (Samaya Tara Yogini) dikelilingi Tara Biru, Merah, Putih, dan Kuning. 


Ada juga motif  Mandala Bhaisajyaguru Buddha bersama Prajnaparamita Bhagavati ,Drukpa Kagyu,  Guru Radmasambhava dan sebagainya.



Selain dibuat dengan menggunakan media kain dan cat, ada juga Thangka yang dibuat dengan menggunakan media papan dan pasir atau tepung aneka warna. 

 
Tentu untuk membuatnya membutuhkan ketekunan, kecermatan dan ketelatenan tingkat tinggi.