Kamis, 30 April 2015

Serunya Pertunjukan Wayang di Kolam Air

Ada banyak jenis kesenian wayang di dunia. Tetapi untuk wayang yang satu ini sangat unik dan menarik. Mua roi nuoc atau Wayang Air adalah namanya yang merupakan kesenian tradisional dari negara Vietnam. 


Sesuai dengan namanya, wayang ini dimainkan di dalam air. Karena itu baik wayang-wayangnya dan dalang atau penggeraknya sama-sama berada di dalam air.



Sedangkan penonton bisa menonton pertunjukan wayang itu dengan duduk atau berdiri di sekeliling panggung wayang yang berupa kolam air setinggi pinggang orang dewasa. Di sekeliling panggung itu pula, para musisi memainkan lagu-lagu tradisional untuk mengiringi jalannya cerita wayang.



Wayang-wayang dalam wayang air ini berupa boneka-boneka yang terbuat dari kayu yang dipernis . Boneka itu di kendalikan oleh delapan orang dalang yang bersembunyi dan menggerakkannya di belakang tirai. 


Yang menarik,  seolah menjadi rahasia bagi para dalang wayang air untuk menyembunyikan bagaimana caranya para menjalankan dan menggerakan boneka-boneka kayu yang masing-masing memiliki berat sekitar  14 kilogram tersebut. 


Konon, rahasia wayang air itu sudah terjaga oleh dalang wayang selama berabad-abad . Konon pula,  Mereka bahkan punya bahasa kode tersendiri jika hendak mendiskusikan dan memainkan skenario pertunjukan wayang yang akan dimainkan.


Pentas Mua roi nuoc ini biasanya menampilkan kisah dari cerita-cerita rakyat tradisional. Sebagai penambah daya tarik, pada panggung  ditambahi aneka efek seperti kabut, asap buatan dengan penataan cahaya lampu yang dinamis dan dramatis . 


Seperti biasa jika pertunjukan wayang air sudah selesai, biasanya delapan dalang tadi akan muncul dari bawah air untuk memberi salam hormat pada penonton dan begitu pula sebaliknya mereka menerima tepuk tangan dan decak kekaguman dari para penonton.


Kesenian ini pada masa lampau diperkirakan sudah ada sejak abad 11 di Delta Sungai Merah. Biasanya dipentaskan ketika musim banjir merusak tanaman padi milik penduduk. Tujuannya untuk menenangkan arwah-arwah agar menghentikan musibah gagal panen itu .

Selain itu mua roi nuoc juga menjadi sarana hiburan yang murah meriah bagi warga Vietnam yang sedang susah karena mengalami musibah itu.


Tetapi saat ini wayang air ini bisa dimainkan setiap saat sebagai hiburan kesenian bagi wisatawan.











Rabu, 22 April 2015

Rademenes, Kucing Yang Setia Merawat Hewan Sakit

Rademenes adalah nama kucing yang berwarna hitam dan bermata kuning itu. Sepintas, tak ada yang menarik dengan sosok hewan itu yang dulunya merupakan kucing liar . 


Tetapi siapa sangka,  Rademenes telah membantu dan ikut bertanggung jawab dalam perawatan hewan yang sakit di tempat penampungan hewan di Bydgoszcz, Polandia bagian utara.



Di tempat itu menampung aneka jenis hewan seperti anjing, kucing dan sebagainya yang membutuhkan bantuan baik karena sakit, terlantar  atau kurang gizi .  Di sana Rademenes yang berjenis kelamin jantan itu tampak setia mendampingi hewan-hewan yang sakit .

 

Diantaranya dengan membersihkan tubuh dengan menjilatinya, memeluk, memberi selimut dan berada di sampingnya untuk memberi kehangatan. Ada perhatian yang tulus dan kasih dalam tindakannya itu.


Menurut Lucyna Kuziel-Zawalich (46), petugas yang menemukan dan membawa Rademenes ke penampungan, keadaan Rademenes awalnya sangat memprihatinkan dan mengerikan sekali. Mungkin pula Rademenes  saat itu sedang merasakan saat-saat terakhir dalam hidupnya dan dia sedang berjuang untuk bertahan hidup


Karena itulah ia memutuskan memberi pelayanan makanan dan kesehatan yang terbaik untuk Rademenes.Rademenes pun kembali sehat. Bagai tahu membalas budi baik, sejak itu itu dia berada di sana dan menempatkan dirinya menjadi hewan pendamping bagi hewan-hewan sakit.



Nama Rademenes sendiri diberikan oleh staf di penampungan itu. Konon, nama itu merupakan inkarnasi dari seorang lelaki Mesir yang memberikan tujuh keinginan kepada anak lelaki yang menyelamatkannya dari penjahat.

 



Selasa, 21 April 2015

Serunya Tradisi Melempar Bubuk Berwarna di India

Ribuan orang tampak berkumpul di jalanan di India. Bukan sekedar berkumpul saja karena mereka juga membawa beberapa bungkus bubuk berwarna yang menjadi senjata mereka untuk melakukan tradisi melempar bubuk berwarna. 



Mereka bisa melempari siapa saja yang ada ada di sana tanpa khawatir korban lemparan itu akan marah. Begitu pula yang dilempari bisa segera membalas serangan itu.



Begitulah suasana yang seru dalam tradisi Lathmar Holi atau biasa dikenal dengan nama Holi saja. Tradisi ini diadakan setahun sekali pada akhir musim dingin dan menandai permulaan musim semi.



Yang menarik, tradisi ini konon berkaitan dengan kisah Radhda dan Dewa Krishna. Dalam kisah itu diceritakan  saat masih muda, Krishna merasa cemburu dengan kulit Radha yang tidak gelap seperti kulitnya. 


Ia menanyakan hal itu kepada Yashoda,ibunya dan memohon untuk mewarnai kulit Radhda. Pewarnaan terhadap kulit Rahda yang dilakukan Krishna inilah yang diyakini sebagai awal perayaan Holi.


Umat Hindu berharap perayaan ini bisa membawa berkah agar hasil panen baik dan tanah subur. Mereka percaya bahwa musim semi adalah saat untuk menikmati berbagai warna yang menggambarkan keceriaan dan pengharapan.


Dalam perayaan Holi juga dipercaya merupakan waktu di mana masyarakat Hindu berdoa bersama pada para dewa untuk memohon kelancaran hidup selama setahun ke depan.  Dipercayai juga bahwa bubuk warna-warni itu melambangkan penghapusan dosa. 


Tidak hanya bubuk warna yang dijadikan senjata saat saling lempar warna, balon berwarna-warni juga dilempar dari bangunan tinggi yang ada di sekitarnya. Balon – balon itu juga diisi dengan bubuk warna di dalamnya sehingga mencipratkan bubuk warna-warni kepada semua orang yang sedang berkumpul di bawah. Mereka yang terkena bubuk warna akan berteriak senang dan melumuri warna yang ada di tubuhnya ke tubuh orang lain. 








Kamis, 16 April 2015

Astaga, Bayi-bayi Ini Dilompati Oleh Pria Dewasa

Bayi adalah makhluk yang lemah dan membutuhkan banyak perlindungan. Berbagai usaha dilakukan untuk melindungi dan menjauhkannya dari hal-hal yang berbahaya. Tetapi tidak demikian halnya yang ada di Spanyol. 


Bayi-bayi itu justru ditempatkan dalam matras dan diletakkan di jalan raya. Lebih anehnya lagi, bayi-bayi itu ditempatkan di sana karena akan dilompati oleh beberapa pria dewasa yang berkostum aneh. Tangis ketakutan para bayi itu tentu terdengar saat para pria itu berlarian dan melompatinya.


Begitulah suasana yang tampak dalam tradisi Festival  El Colacho yang diadakan antara bulan Mei dan Juni di Desa Castrillo de Murcia - Spanyol. 

 
Tradisi yang berlangsung sejak tahun 1600-an itu konon untuk mengangkat hal-hal yang buruk pada diri bayi sehingga bisa selamat dalam perjalanan hidupnya.


Festival dimulai dengan para pendeta dengan didampingi gadis-gadis kecil yang mendatangi bayi-bayi itu dengan membawa keranjang bunga. Setelah  melakukan ritual dan membacakan doa bagi sang bayi, tradisi mendebarkan itu pun segera dimulai.

 

Beberapa pria dewasa yang mengenakan kostum lambang perwujudan setan El Colacho yang aneh dan berwarna kuning lalu bersiap-siap untuk berlari dan melompati bayi-bayi yang diletakkan dalam matras. Dalam setiap matras terdapat 4-6 bayi.

 

Tentu sangat menegangkan dan berbahaya sekali saat Setan El Colacho itu berlari dan melompati sang bayi. Apalagi ada beberapa setan El Colacho yang beraksi serupa. Walau yang menjadi setan itu sudah ahli dan berpengalaman melakukannya, tetapi jika terjadi sedikit kecorobohan dan kesalahan dalam melakukannya bisa berakibat fatal pada diri sang bayi.
 

Tradisi ini  berlangsung beberapa hari dan dimulai sejak hari Rabu dengan aksi setan El Colacho mengejar dan menakut-nakuti  semua orang di kota sepanjang hari. Sebagai puncaknya dilakukan tradisi Lompat Bayi pada hari Minggu.


Warga tampak antusias menyambut tradisi ini dengan menghiasi rumah mereka dengan bunga dan altar kecil lengkap dengan anggur dan air bagi penonton parade. 


Oya, selain karakter El Colacho, dalam tradisi ini juga ada karakter legendaris yaitu El Atabalero  yang memakai baju hitam dan topi sombrero. Mereka berjalan mengelilingi  kota dengan membawa dan menabuh drum yang besar. 












Jumat, 10 April 2015

Tradisi Perang Tomat Yang Unik Dan Seru

Ribuan orang tampak berkumpul di lahan terbuka di kawasan Plaza Mayor di daerah Bunol, bagian timur Spanyol. 

 

Mereka datang ke sana untuk berperang dengan senjata yang unik berupa buah tomat. Tak tanggung-tanggung, ada buah tomat matang sebanyak 120 ton yang siap digunakan dalam peperangan itu.



Dalam peperangan itu , ada yang bertelanjang dada atau berpakaian seadanya. Ada pula yang berpakaian renang lengkap dengan kacamata renang. Tak berapa lama, jutaan butir buah tomat itu pun kemudian digelontorkan dari lima truk ke lautan manusia itu yang tampak menenggelamkan dan memerahkan suasana di sana. 



Begitulah gambaran suasana dalam Festival Tomatina. Festival ini diadakan setiap tahun di hari Rabu terakhir bulan Agustus di Bunol . Bunol  merupakan daerah subur dan penghasil buah dan sayuran yang berjarak sekitar 40 Km dari Valencia , kota terbesar ketiga di Spanyol.




Festival Tomatina ini konon bermula dari perang makanan antara anak-anak yang terjadi di pertengahan tahun 1940-an di Bunol. Pendapat lainnya mengatakan festival ini bermula dari beberapa pria yang melemparkan tomat ke orang-orang saat diadakannya parade Gigantes Cabenzudos. 

 
Sejak tahun 1959, kota Bunol mulai meresmikan fesival tersebut, dan La Tomatina menjadi salah satu festival terpopuler yang selalu berlangsung setiap tahunnya dan ribuan turis berdatangan ke Spanyol hanya untuk menikmati Festival La Tomatina. 


Biasanya festival ini bisa diikuti oleh siapa saja secara gratis. Tetapi pernah juga pelaksanaan festival Tomatina yang mengharuskan pesertanya membayar tiket senilai $ 10. 
 


Walaupun membayar, tetap ada banyak peserta dari Australia, Jepang, Inggris, Spanyol dan Amerika Serikat yang tertarik untuk mengikutinya.


Yang menarik, siapapun yang hadir dalam festival yang berlangsung selama berjam-jam itu seakan harus menaati peraturan tak tertulis untuk tidak marah bila terkena lemparan buah tomat dari arah mana  dan siapa saja yang melemparnya. 



Siapapun yang datang harus siap untuk melempar tomat atau dilempar tomat. Banyak juga yang menggunakan ember atau timba untuk mengguyur korbannya dengan lumatan buah tomat.



Dengan banyaknya buah tomat yang disediakan, tentu saja menyebabkan kawasan itu menjadi banjir oleh buah tomat yang lumat seperti minuman jus tomat dengan warna merahnya yang khas. 


Para peserta pun tampak bersuka ria saat terkena atau berendam di cairan buah tomat itu dengan tak lupa berfoto ria Entah bagaimana rasanya terkena atau berendam dalam cairan tomat itu.



Usai acara festival, para peserta kemudian  menuju ke sungai terdekat untuk mandi dan membersihkan dirinya.






















Selasa, 07 April 2015

Serunya Tradisi Memberi Makan Hantu Yang Kelaparan

Hantu atau arwah yang penasaran ternyata juga membutuhkan makanan yang nikmat dan lezat. Begitu pula mereka dipercaya bisa membalas dendam jika tidak mendapatkan sajian makanan itu atau membalas dendam bagi siapa saja yang pernah menyakitinya.



Begitulah gambaran dari diadakannya Festival Hantu Kelaparan di China. Festival  ini diadakan  pada tanggal 15 bulan 7 dalam kalender Tionghoa yang juga dikenal sebagai Bulan Hantu.
 

Konon, dalam bulan itu ada  kepercayaan bahwa dalam  kurun waktu satu bulan ini, pintu alam baka sedang terbuka. Hantu-hantu yang ada di dalamnya turun ke bumi dan bergabung dengan alam manusia. 


Agar terhindar dari ulah jahat dan gangguan dari hantu-hantu itu, maka manusia pun berusaha untuk membujuknya atau merayunya dengan memberinya aneka sesajian berupa dupa serta makanan dan minuman yang lezat. Aneka ornamen yang berwarna-warni juga dipasang di berbagai tempat sehingga suasananya menjadi tampak meriah.


Ada pula pendapat yang mengatakan tradisi ini untuk  pemujaan leluhur dan kewajiban untuk berbakti kepada orang tua ataupun kakek nenek semasa hidup maupun setelah mereka meninggal. 



Pada puncaknya adalah dibuatnya ornamen-ornamen yang berukuran cukup besar dengan wujudnya berupa sosok hantu. Ornamen itu terbuat dari bambu, kertas dan kain beraneka warna dengan berbagai ornamennya. Di beberapa tempat lainnya juga ada yang menyalakan lampion dan perahu kertas di air.



Setelah semuanya siap dan rangkaian prosesi dilakukan, hantu-hantu itupun dibakar bersama dengan ribuan lembaran kertas doa dan uang kertas.


Tradisi ini pada awalnya dilakukan oleh para petani sebgagai penghormatan kepada leluhur dan dewa-dewa . Tujuannya agar panen yang biasanya jatuh di musim gugur bisa mendapatkan hasil yang berlimpah. 


Tetapi dengan adanya pengaruh Buddhisme, hal itu kemudian memunculkan kepercayaan mengenai hantu-hantu yang kelaparan (makhluk Preta) dan perlu diberi jamuan saat kehadiran mereka di dunia.
 

Seiring dengan perkembangan masa, Festival Hantu Kelaparan ini tidak hanya diadakan di China saja. Tetapi juga di negara lainnya yang terdapat etnis Tionghoa.Sepintas tradisi ini mirip dengan tradisi Ogoh-ogoh di Bali, tetapi tentu saja nuansa etnik dan budayanya berbeda jauh tetapi tetap menarik dan eksotis.